Senin, 09 Juli 2012

Tugas Konservasi Bangunan (Stasiun Tanjung Priok-Jakarta)

Pelestarian Benda Cagar Budaya sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1992 khususnya segi arsitektural menjadi salah satu daya tarik tersendiri.Terpeliharanya suatu bangunan kuno dan bersejarah akan mampu menjadi jembatan masa lalu dan masa sekarang. Suatu bangsa akan mampu menjadi besar jika bangsa itu mau berpaling ke masa lalu dan belajar dari perjalanan yang telah dilaluinya.
Preservasi mempunyai tujuan untuk melindungi, memperbaiki bangunan kuno dan bersejarah. Konservasi adalah tindakan untuk memelihara secara utuh bangunan kuno dan bersejarah secara tradisional dan/atau secara modern menggunakan bahan sintetis atau bahan yang ada saat ini.
Istilah bangunan kuno digunakan untuk menunjukkan bangunan atau objek tidak bergerak berupa gedung, permukiman, area bersejarah (situs), artistik, arsitektur, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan. Istilah perlindungan bangunan kuno adalah aktivitas misalnya restorasi, renovasi, rekonstruksi, rehabilitasi dan konservasi.
Konservasi, termasuk proses pemeliharaan kawasan beserta bangunannya, bertujuan menjaga agar nilai budaya yang tersimpan berupa keindahan, sejarah, ilmu dan kehidupan sosial yang diwariskan generasi lalu, tetap terpelihara untuk generasi masa kini dan mendatang.

Stasiun Tanjung Priok Dulu

Keberadaaan stasiun tanjung priok erat dengan adanya pelabuhan Tanjung priok yang di bangun pada abad 19 oleh gubernur jendral Johan Wilhem van Lansberge yang merupakan pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa yang tidak lagi memadai. Stasiun ini di bangun untuk mengakomodir perdagangan dan wisatawan eropa di Batavia karena pada masa lalu wilayah tanjung priok yang terletak bagian utara Jakarta, untuk menghubungkan  pelabuhan tanjung priok dengn pusat kota melalui Batavia Centrum (Stasiun Jakarta Kota)



Stasiun Tanjung Priok Baru

Stasiun yang di bangun pada tahun 1914 pada masa gubernur jendral A.F.W Idenburgh (1909-1916) merupakan karya Ir.C.W Koch seorang insinyur utama dari Staats Spoorwegen (SS-Perusahan kereta api hindia belanda)
meskipun bukan stasiun utama stasiun tanjung priok di bangun di atas lahan seluas 46.930 m2 dengan luas bangunan 3768 m2 yang megah dan mewah. Memiliki peron nyaris sebesar stasiun Jakarta kota. Fungsi pada masa itu tidak hanya sebagai stasiun saja tapi juga sebagai penginapan bagi penumpang yang akan menunggu kedatangan kapal laut untuk melanjutkan perjalanan.


Stasiun tanjung priok diresmikan tepat pada ulang tahun ke 50 SS tanggal 6 april 1925 dan bersamaan dengan pembukaan jalur Tanjung priok- Beos dengan dilayani kereta lokomotif listrik SS 3200 yang sekarang di kenal denagn nama si Bon-Bon





Konservasi bangunan

Stasiun tanjung priok sempat tidak di operasikan sejak juni 1999 sejak pergantian status perusahaan di operasikan kembali pada 13 april 2009.konserasi tidak hanya untuk keperluan transportasi namun juga bertujuan melestarikan bangunan stasiun sebagai cagar budaya yang dapat menjadi pusat studi dan tujuan wisata sejarah. Maka dalam proses pemugarannya keaslian bangunan tetap di pertahankan, termasuk PPKA atau rumah sinyal dan penggalian ruang bawah tanah
Sebelum di pugar 



Setelah di pugar
Kajian Arsitektur


Desain bangunan stasiun tanjung priok bersiluet simetris dengan gaya arsitektur modern awal yang di pengaruhi aliran kubisme sehingga terbentuk kesan simple dan geometris. Bentuk dominasi bangunan stasiun ini adalah persegi, baik bentuk keseluruhan bangunan maupun bnetuk bidang-bidang bukaan, pintu-pintu dan jendela-jendelanya permainan garis vertical dan horizontal menjadi cirri ornament berlanggam art deco yang popular pada awal abad 20 garis-garis tersebut  terdiri dari garis-garis moulding (list) atap yang horizontal serta lubang-lubang pada cornice (mahkota) berupa balustrade atapnya, garis-garis vertical kolom-kolom, dan lengkungan pada dinding merupakan jendela palsu di samping jendelajendela sesungguhnya yang berjalusi kayu.  Kaca patri dan ornament profil keramik menghiasi dinding stasiun. Kesan megah di perkuat oleh kolom kolom besar dan kokoh pada beranda utama yang di dukung dengan tangga di sepanjang bangunan
Struktur baja pada bangunan utama emplacement memberikan kesan kokoh dan megah. Area loket penjualan karcis berupa ceruk-ceruk yang di pertegas dengan lapisan dinding marmer. Ruang hall diterangi cahaya yang masuk dari deretan jendela kaca.



sumber :
http://indonesianheritagerailway.com
Unit Pelestarian Benda dan Bangunan
PT Kereta Api Indonesia (Persero)

google.com





Tidak ada komentar:

Posting Komentar